Sering kali kita merasa tidak puas atas kepemimpinan wasit sepak bola
yang terkadang keputusannya membuat tim kesayangan kita kalah. Wasit
memang manusia biasa yang tidak akan luput dari kesalahan. Namun
fatalnya jika kesalahan tersebut adalah bentuk perbuatan yang disengaja
akibat faktor dari luar, seperti sebuah ancaman,uang tekanan dan
sebagainya.
Wasit merupakan sosok yang berpengaruh pada hasil akhir sebuah pertandingan sepak bola karena keputusannya yang kadang adil maupun tidak adil yang dapat menimbulkan kekecewaan yang lebih bagi pemain,pelatih,official,mapun suporter.
Berbagai kecerobohan wasit terlihat dalam beberapa pertandingan
seperti Insiden gol gelandang Inggris, Frank Lampard, ke gawang Jerman
yang tidak diakui wasit serta gol penyerang Argentina, Carlos Tevez, ke
gawang Meksiko yang berbau off side pada babak delapan besar Piala Dunia
2010, membuat wacana penerapan teknologi dalam sepak bola pun mencuat.
Buntut dari dua kejadian itu, FIFA didesak segera menerapkan penggunaan
teknologi video sebagai salah satu cara pengambilan keputusan oleh
wasit menetukan keputusan. Sepp Blatter, Presiden FIFA, menentang
penggunaan teknologi video tersebut serta garis gawang karena akan
mengesampingkan peran wasit dalam mengambil keputusan. Keputusan wasit
tidak bisa digugat dan dibatalkan meski keliru. Blatter juga beralasan
penggunaan teknologi sepak bola tidak manusiawi.
”Tidak masalah teknologi apa pun yang akan dipakai. Pada akhirnya
manusia juga yang memutuskan,” ujar pria asal Swiss itu. Alhasil, FIFA
mendapat kecaman bertubi-tubi dari berbagai pihak.
Guus Hiddink, mantan pelatih Rusia, misalnya, menggugat Blatter untuk
segera merealisasikan penggunaan teknologi. Kalau tidak, Blatter harus
segera mundur dari jabatannya.
Teknologi video yang dimaksud adalah teknologi yang memanfaatkan kamera
pengawas di dekat gawang dan chip elektronik di dalam bola untuk
memastikan saat bola telah melewati garis gawang.
Namun, ide tersebut tidak sepenuhnya disetujui pemain. Kiper
Argentina, Sergio Romero, mengaku tidak sepakat dengan penggunaan
teknologi dalam sepak bola. Karena sepak bola adalah permainan untuk
pemain yang cerdik. Jadi, pemakaian teknologi seperti penggunaan chip
komputer di bola untuk memastikan sebuah gol akan mengakhiri era
kejayaan pemain jenius.
Di sisi lain, Fabio Cappelo, pelatih Inggris, mendorong penggunaan teknologi tersebut.
“Dengan adanya teknologi, kita tidak perlu berdiri di sini dan berdebat itu gol atau bukan gol,” kata Capello.
Lain halnya dengan pelatih Portugal Carlos Queiroz yang mengusulkan
agar FIFA tidak perlu mengggunakan teknologi dalam waktu dekat ini.
Dipertimbangkan Blatter pun berjanji akan segera mendiskusikan
penggunaan teknologi dalam pertemuan internasional FIFA pada Juli nanti
di Cardiff , Wales.
“FIFA akan melakukan diskusi soal teknologi ini pada pertemuan Dewan Internasional FIFA di bulan Juli,” terang Blatter.
Di samping itu, Blatter menyampaikan permohonan maaf atas buruknya keputusan wasit dalam Piala Dunia 2010.
FIFA akhirnya memulangkan kedua wasit, Jorge Larrionda asal Uruguay
yang memimpin pertandingan Inggris lawan Jerman dan Roberto Rosetti asal
Italia yang mengesahkan gol off side Argentina.
Dengan begitu, teknologi pun harus sedikit demi sedikit disisipkan
dalam olahraga sepakbola. Teknologi tidak akan pernah berbuat curang
adalah prinsip yang harus dipegang dan menjadi landasan pengaplikasian
teknologi dalam sepakbola. Teknologi ini pun juga selain untuk
mengurangi kecurangan, juga bagus untuk kebaikan dari pemain sepak bola
itu sendiri.
Adapun beberapa usulan pengaplikasian teknologi dalam sepakbola selain teknologi video yang sudah diterangkan di atas yaitu:
Microchip ball
1.Bola ber-microchip
Shoe detector
2.Sepatu Detektor
Techno Wear
3.Techno wear
Hawk eye in tennis
4.. Hawk eye